Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Sabtu, 11 Oktober 2014

Senja Di Ufuk Langit Jakarta

Jakarta tak pernah santai.
Hiruk pikuk seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kota ini, seolah tak ada lelahnya bahkan di malam hari sekalipun Jakarta tetap bising dengan suara-suara malam nan mengoda. Apalagi di siang hari, dimana warga kota disibukkan dengan rutinitas mencari sesuap nasi untuk menganjal perut keluarga mereka, hingga mengabaikan panas yang menyengat, bau asap yang menjadi satu komponen dengan udara yang menyelimuti jalanan dan tak lupa manusia di jalan yang gampang terpancing emosinya.
Senja di Jakarta, layaknya seperti udara, di hirup kemudian di hembuskan tannpa menikmati bagaimana udara melunjur dari hidung ke paru-paru. Senja di Jakarta adalah alaram magkalnya penjual kaki lima yang memakan bahu jalan, tak lebih. Warga Jakarta seolah melupakan keindahan senja yang mana di kampung-kampung sangat terisi dengan moment kebersamaan keluarga-mungkin hal ini juga dikarenakan tuntunan memenuhi ekonomi hingga tak ada yang lebih penting dari uang.
Di desa, senja dengan romantismenya menarik seluruh anggota keluarga untuk duduk di beranda meski jarang tanpa suguhan ringan yang berarti-kadang ada ubi atau umbi-umbian hutan yang menjadi santapan ringan. Meski begitu, kualitas kebersamaan mereka sangat mampu memupuk rasa kasih diantaranya. Seperti seorang ibu yang menyisir rambut putrinya, seorang kakek yang mengangkat cucu di lehernya dan menunjukan kepadanya burung-burung sawah yang terbang bergerombol memenuhi angkasa. Si anak akan bertepuk riang melafalkan kidung seruan kepada burung-burung.
"Ollleeee, Ollleee hhhhhheeeeyyyooo..." Serunya sambil menepuk-nepuk tangannya dengan kepala yang mendongak keatas.
Di Jakarta, tak ada kebersamaan semacam itu. Ibu dan bapak sedang mengelar tikarnya di mencari uang sedang anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya mencari kehangatan dan keintiman yang susah mereka dapat.

Sebenarnya senja di Jakarta sangatlah indah namun jarang yang mau menikmatinya. Dengan langit yang terlihat rendah, awan yang bergerak lebat dan memantulkan warna keemasan hingan warna jeruk yang tebal, senja Jakarta begitu menawan.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar