Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Minggu, 08 Maret 2015

Pandangan Hamka Mengenai Akal Budi Dan Perkembangan Kaum Muslimin


 Innama bu’ist-tu li utammima makarimal akhlaq!

“Aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti mulia.”

Demikianlah sabda nabi Muhammad s.a.w, menyatakan maksud kedatangannya kea lama dunia ini. Orang yang memahami bahasa Arab dapatlah mengerti maksud dari kalimat ‘Innama’ diawal sabda beliau. Yang juga disebut dengan kalimat ‘Adatu hashr’ yaitu kata-kata menonjolkan satu maksud dan meniadakan yang lain. Dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai ‘tidak lain kedatanganku ini hanya semata-mata untuk menyempurnakan budi-pekerti (akhlaq) yang mulai.” Jelas junjungan kita dalam menghargai usaha kemanusiaan sejak beribu tahun yang lalu.
Ingatlah bagaimana perjalanan beliau sejak muda hingga usia 40 tahun dalam menghadapi masalah kemanusiaan yang rumit tersebut. Dimulai dari usia beliau yang sangat belia dalam memperjuangkan dan memperteguh diri, hingga beliau pun mendapat gelar dari masyarakat pada saat itu dengan sebutan ‘Al-Amin’ yang berarti orang yang sangat dipercayai. Dan ketika genap usia 40 tahun, diterimalah perintah suci dari Allah YME untuk melanjutkan dan menyempurakan kegiatan sebagai utusan Tuhan yang telah diserukan kepadanya.
Kerusakan dan kekacauan jiwa menyebabkan manusia tidak memiliki tujuan hidup. Tiga belas tahun lamanya nabi Muhammad berada di Mekkah untuk menjelaskan tujuan hidup dan menegakkan sesuatu yang dapat membentuk budi, yaitu tujuan keesaan kepada dzat yang meliputi dan menguasai seluruh alam-benda, yang maudjud ini. Itulah yang terkenal dengan kalimat pokok ajaran, yaitu Tauhid.
Belum ada perintah yang mengenai hukum-hukum syariat diturunkan di
Mekkah, sebelum kokoh tauhid itu di dalam jiwa. Maka tauhid itulah yang menyebabkan segenap manusia yang merasakannya, memandang kecil segala urusan di dalam hidup, kecil kepentingan diri sendiri, kecil kepentingan keluarga dan rumah tangga, kecil harta benda yang tiada kekal, yang menyebabkan senantiasa timbul perjuangan perebutan hidup, bahkan kecil seluruh alam yang membentang ini, sejak dari bumi ke langit, bintang, bulan ke matahari, sampai kepada segalanya yang belum diketahui manusia, jika dibandingkan kepada kehendak yang maha esa, hanya Dialah yang maha besar, Allahu Akbar!
Perasaan tauhid itulah yang menyebabkan pandangan yang mulia. Karena ajaran tauhid itulah yang mengajarkan kepada manusia untuk tak takut pada kematian dari ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Itulah yang dinamai I’tikad atau keyakinan, maddaa atau pokok pertama dari keyakinan dan hakikat yang membentuk budi dalam ajaran nabi Muhammad s.a.w.
Maka kepadanyalah Al-Qur’an diturunkan. Dan kitab itu pun membenarkan kandungan serta tujuan dari kitab-kitab yang sudah diturunkan terlebih dahulu. Jelas dalam Al-Qur’an bagaimana Tuhan memberikan tuntunanNya kepada manusia, supaya manusia mencapai akhlaq semulia-mulianya ciptaanNya dengan setinggi-tingginya tujuan hidup. Bahasa yang digunakan begitu agung dan tinggi, bahasa dengan tutur yang mampu mematahkan keindahan-keindahan syair bangsa Arab, yang mana mampu menundukkan bangsa yang terkenal liar dan tiada tersusun, menjadi suatu bangsa yang bersatu pada, membawa jiwa baru, dan hidup dengan penuh rasa kemanusiaan.
Sebelum Al-Qur’an menjadi pegangan hidup orang lain, nabi Muhammad telah menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan hidupnya terlebiih dahulu. Aisyah yang menyaksikan kehidupan beliau mengatakan; akhlak nabi itu ialah Al-Qur’an. Nabi pun menegaskan bahwa; Allah sendiri yang membentuk budinya, maka sangat indahlah bentukanNya.
Allah berfirman; bahwasannya bumi ini akan kami wariskan kepada hamba kami yang sudi melakukan amal yang mulia.
Dan siapakah yang memungkiri, sejak zaman Yunani dan Romawi sampai kepada kaum muslimin yang telah pernah mencapai puncak menuju kemuliannya. Semua bangsa yang hancur diakibatkan oleh kemerosotan moral?
Inilah hukum Allah, sunnatullah yang tidak dapat dirubah.
Namun siapa yang takkan miris melihat bagaimana kemerosotan umat islam setelah sepeninggal nabi? Berturut-turut kemunduran akhlak tidak dapat terelakkan, terlebih sejak jatuhnya Bagdad lantaran serangan bangsa Mongol dan Tartar, sampai terusirnya kaum Muslimin dari Spanyol diikuti oleh penjajahan yang berturut-turut dari bangsa Barat sejak dari Portugis, Inggris, Perancis, dan Belanda.
Datangnya zaman baru di benua Eropa, sejak kebangkitan Luther dan Calvin, sampai Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika, mendapat jiwa baru, semangat baru. Karena memiliki teknik yang modern, organisasi yang teratur, semuanya bersumber dari semangat kebangkitan bangsa-bangsa tersebut. Sedangkan pada waktu itu di negeri-negeri Timur terutama dunia Islam khususnya, hanya diselimuti oleh semangat yang telah mati. Mati didalam mimpi kepala-kepala agama dan masyarakat yang terbuai pada kemegahan tarich-tarich Islam, mati didalam kezaliman dan kekuasaan Raja yang tiada terbatas-kesemena-menaan, mati didalam perangai mementingkan diri sendiri. Maka sudahlah semestinya yang lemah terdesak oleh yang kuat, dan sudah semestinya kehendak Tuhan berlaku, yaitu ‘Baqdul-ashlah’ mana yang sesuai itulah yang berkuasa.
Tetapi pemberian kemampuan oleh Allah kepada bangsa Barat, yaitu yang berupa kemampuan menguasai teknik modern dan pengorganisiran yang teratur, membuat bangsa Barat sombong dan takabur, mereka menganggap apa yang mereka dapatkan adalah hasil olah otaknya sendiri, sehingga kecerdasan yang mereka miliki itu menimbulkan niat yang lain-menjauh dari Allah. Tanpa mereka sadari mereka telah mengambil hak Allah yang maha Esa, melakukan hal yang tidak sepatutnya seperti suka menindas yang lemah, serakah untuk menguasai segala pasar di dunia, dan merebut/menjajah wilayah bangsa lain serta menimbulkan penderitaan hingga ratusan tahun.
Rasa penasaran mungkin timbul ketika melihat kemajuan bangsa Eropa yang begitu pesat, hingga timbul pertanyaan; mengapa bisa begitu? Peradaban apakah yang ditegakkan? Mengapa baru separuh perjalanan abad tapi perang telah terjadi dua kali, bahkan perang yang ketiga telah mengancam kapan saja?
Maka bangunlah bangsa Timur! Bangkitlah kaum muslimin kembali, insaflah akan keruntuhan selama ini. Salah satu sebab utama semua itu bisa terjadi ialah karena disia-siakannya kitab pusaka nabinya, kitab wahyu Tuhannys-Al-Qur’an; Ikutlah jalanKu, janganlah kamu ikut juga jalan yang lain, engkau akan terpecah-pecah kalau itu juga engkau turutkan.
Demikianlah keadaan pada masa sekarang ini. Bangsa-bangsa Timur terutama yang terpenting kaum muslimin, telah sadar dan bangun kembali, dan memerlukan perkembangan teknologi dari bangsa Barat. Bangsa Barat telah berhasil mengembangkan teknologi dan membangun peradaban hingga sedemikian pesatnya, bahkan hal tersebutlah yang membuat bangsa Barat celaka.
Pertentangan diantara Sosialisme-Materialisme dengan Demokrasi-Kapitalisme, Nampak seolah-olah itu merupakan bagian dari sebuah kebenaran, memang kebenaran berada dalam hati semua orang, termasuk yang belum mengizinkan kebenaran itu timbul dalam hatinya, atau buah yang sementara belum matang, namun tujuan hakiki dari semua itu haruslah bermuara kepada persatuan seluruh umat manusia yang meletakkan tujuannya kepada Allah yang maha esa.
‘Bagi Allah-lah timur dan barat, dan kemana jua pun kamu berpaling maka di sana adalah wajah Allah. Sesungguhnya Tuhan (Allah) itu maha luas lagi maha tahu’ (2:115)
Bagi kita sendiri-kaum muslimin, sedunia kita harus mulai sadar dan mulai bangkit. Diantara kaum muslimin itu adalah bangsa Indonesia, dia tengah berjuang untuk kemerdekaan secara hakiki dan dari kemerdekaan itulah akan turut serta membina akhlaq, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi besar Muhammad s.a.w, dengan pembinaan tauhid. Pengakukan akan keesaan Tuhan akan menjadi dasar dari budi atau akhlaq tersebut.
Sebagaimana kata Syauqi Bey:
Wa innamal umamul akhlaqu ma baqiat
Wa in humu zahabat akhlaquhum zahabu

Yang juga telah disalin kedalam bahasa ibu pertiwi:

Tegak rumah karena sendi
Runtuh sendi rumah binasa
Sendi bangsa ialah budi
Runtuh budi runtuhlah bangsa


Hamka
*dengan penyesuaian eja-an dan bahasa dan dikutip dari Lembaga Budicetakan kelima





Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar