Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Kamis, 16 April 2015

Krisis Rumah Tangga

Rumah tangga itu ibarat bangunan rumah, tidak berdiri begitu saja tanpa adanya komponen-komponen penopang hingga menjadikannya bisa berdiri dengan kokoh. Masalah dalam rumah tangga itu seperti musibah, ketika rumah diterjang musibah angin topan misalnya, ia akan hancur. Namun kesadaran dari penghuni rumah tersebutlah yg bisa membuat rumah itu berdiri kembali, bahkan atas kesadaran dari penghuni tersebut rumah itu bisa terawat dengan baik atau mennjadi rumah 'suwung' yang terabaikan. Sedangkan perselingkuhan bermula dari rasa ketidakpuasan terhadap pasangan. Disfungsi peran, dimana seorang lelaki tidak bisa berperan sebagai suami, dan wanita tidak mampu berperan menjadi istri bisa bermula dari kurang sadarnya mereka akan arti suami yg adalah customer istri dan istri adalah costumer suami. Pengabaian sekecil apapun, bisa membuatnya berpaling kekios lain yg menawarkan jasa yg dirasa lebih mengiurkan. Komunikasi antar pasangan, sekecil apapun itu sangatlah diperlukan, sehingga tahu apa yg bisa membuat saling bahagia dan membahagiakan.
Tapi kasusnya akan berbeda jika seorang lelaki dewasa yang tidak sehat mentalnya, selalu memiliki penghayatan negatif kepada dirinya, namun tak jarang ia memiliki memiliki sifat mengangungkan dirinya melebihi orang lain disekitarnya. Jika seorang wanita menikah dengan lelaki semacam itu, dapat dipastikan bahwa
kehidupan pernikahannya tidak sehat pula. Hal yang paling menonjol bisa terjadi dengan keduanya adalah disfungsi peran, dimana sang lelaki tidak bisa memerankan menjadi seorang suami dan sang wanita tidak mampu menjadi seorang istri. Jika demikian, layakkah pernikahan semacam itu terus dipertahankan?
Jika kedua belah pihak yang terlibat dalam pernikahan tidak saling memiliki kesadaran untuk bisa saling membahagiakan lantas untuk apa pernikahan itu terus dipertahankan?
Alih-alih alasan anak-yang sering menjadi alasan klise seorang istri terus bertahan dalam sebuah pernikahan dengan lelaki yang memiliki kelainan kejiwaan, secara tak sadar ia malah terus mengikat anaknya dalam bayang-bayang bahaya suaminya yang bisa kapan saja melakukan tindak kekerasan dan kekejian pada anak tersebut.Seorang anak yang tumbuh dalam kondisi keluarga yang tidak sehat dapat berakibat fatal bagi tumbuh kembangnya, dia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, pemberontak, dan bahkan yang lebih parahnya-seringkali terjadi, terjebak dalam pergaulan bebas. Karena itu alasan untuk mempertahankan rumah tangga demi anak-anak itu seperti ranjau yang kapan saja bisa meledak dan memakan korban.
Selamatkanlah perkawinan anda, sebelum anda ingin menyelamatkan masa depan anak anda.
Dan ketika kesadaran untuk berpisah itu datang, ia datang diwaktu yang terlambat, ketika anaknya sudah diambang kematian atau yang lebih umumnya ia telah renta termakan usia.
Maka karena itu sebelum menikah, setidaknya tes kesehatan secara fisik dan psikologis musti-wajib dilakukan. Dalam masa pengenalan-pacaran atau ta'aruf, bukan sekedar memadu cinta yang selalu akan habis jika di meja rumah tangga. Dan keberanian mengambil keputusan untuk sebuah perceraian jika kedua belah pihak hanya hidup seatap untuk saling menyakiti. Perceraian memang dibenci Tuhan atau Allah, tapi tidak dilarang jika pernikahan tersebut membawa keburukan atau kemudharatan.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar