Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Selasa, 15 April 2014

Menjinakkan Nafsu Hewan Manusia Dan Jalan Kebahagiaan.


“Pikiran yang terkendali merupakan awal dari kebahagian dan kedamaian jiwa.”

Pikiran adalah akar dari semua  pengalaman kita, baik yang menyangkut kita dan juga orang lain. Jika kita memandang dunia dengan cara yang tidak jernih. Kebingungan dan penderitaan pastilah akan muncul. Bagaikan seseorang yang pandangan matanya telah rusak dalam memandang dunia ini dalam kondisi yang terbalik.

Kita mungkin tidak menyadari kebodohan dan pandangan salah kita, sehingga bisa diibaratkan sebagai hewan liar yang berkeliaran dan seenaknya. Atas dorongan nafsu keinginan, kebencian, dan kekacauan, pikiran yang tidak terlatih ini secara membabi buta mengejar apa yang diinginkannya dan menabrak semua yang berada di jalannya dengan sedikit sekali atau tanpa pemahaman tentang sifat segala sesuatu.


Keliaran yang dapat menyebabkan diri gelisah itu tidaklah selalu berupa amarah dan emosi namun lebih bersifat fundamental. Hampir semua manusia memiliki kecenderungan untuk ditaklukkan oleh kebodohan, kebencian dan khayalan atau angan-angan yang memperbudak kita sehingga kita kebingungan dan penuh dengan emosi negatif.

Kita yang tidak waspada atau tidak menyadari bahwa betapa liarnya keinginan kita ini. Namun ketika terjadi sesuatu yang tidak beres kita lebih memilih untuk menyalahkan orang lain, keadaan dan terkadang takdir atau bahkan Tuhan. Manusia lebih memilih menyalahkan dari pada berintropeksi diri dan mencari penyebab apa yang membuatnya dalam penderitaan itu.

Akan tetapi jika kita ingin menemukan kebahagian dan kedamaian sejati, sifat liar dalam diri inilah yang harus digeluti dan diperangi. Ingat, musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Kita harus bisa hidup dengan energi positi/berpikiran positif dan seimbang, sehingga kita bisa berhenti mengakibatkan bencana bagi diri sendiri dan orang lain.

Sebelum kita bisa menjinakkan nafsu hewan tersebut kita haruslah menemukan terlebih dahulu. Tidak ada tujuan yang mudah dicapai tapi adanya kesukaran dan masalah-masalah yang membuat seseorang lebih dewasa. Pelatihan pemikiran memanglah sukar bahkan menyakitkan pada awalnya, hal inilah yang membuat banyak orang tidak suka berfikir, menyerah dan tidak mau ingin tahu lagi serta menutup keinginan dari pengetahuan dan pengelaman. Tapi itulah yang membedakan antara orang yang memiliki kesadaran spiritual dengan orang yang tidak. Jika semua orang mau berfikir maka semua orang akan pandai dan kepandaian itu tak ada nilainya lagi.

Kebaikan, dimanapun dilakukan akan membangkitkan respon yang menyenangkan. Sedangkan kejahatan bagaimanapun bentuknya dan dimanapun dilakukan akan membangkitkan amarah, kesedihan atau rasa sakit. Kebahagian dan kesedihan bila mana kita tinjau semua itu adalah hasil dari pikiran kita sendiri. Dimanakah pikiran tersebut? Kita hanyalah perlu mengkaji kehidupan kita sehari-hari.

Sebagai seorang manusia, terdapat banyak sekali nafsu keinginan dan keterikatan kita dalam kehidupan kita. Ketika nafsu keinginan kita tidak terpenuhi, misalnya kita memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu pekerjaan tapi tak tercapai pasti ada rasa kecewa dan kegelisahan yang mempengaruhi emosi kita begitu juga ketika kita kehilangan orang yang kita cintai, pastilah kita akan merasa sedih. Perasaan-perasaan seperti inilah yang menganggu kebahagiaan kita. Bahkan jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, kita bahagia, tapi kebahagiaan itu hanyalah bersifat sementara karena tidak terelakkan ketika kita telah mendapatkan keinginan kita maka akan timbul keinginan-keinginan baru yang mengantikan keinginan sebelumnya. Karena keinginan kita tidak terbatas, tidak berbentuk dan seluas-luasnya.

Dan kesalahan yang sering kita lakukan adalah ketika kita berharap menemukan kebahagian di luar diri kita padahal bahagiaan itu muncul dari dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang salah jika berharap menemukan kebahagian dari minuman keras, narkoba atau yang paling sering dilakukan manusia adalah berharap dapat menemukan kebahagian dari pasangannya (cinta). Ketika pasangan kita itu tidak seperti yang kita harapkan tentunya pasti kita akan jatuh sakit dan sedih.

Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak ingin bahagia, tapi tak jarang juga banyak yang salah untuk cara untuk menemukan kebahagian itu. Hanya dengan pelatihan pikiran dan penajaman jiwa atau hatilah yang dapat membawa seseorang menemukan kebahagian dan kebebasan sejati.

Gurdjieff mengilustrasikan tentang pelatihan pikiran dengan seekor kuda dan pelatihnya. Kuda liar tidak akan menjadi terlatih dengan dibiarkan bebas sendiri atau berharap kuda akan terlatih dengan dipasangi cambuk ditubuhnya yang dikenakan secara terus menerus. Tindakan yang ektrim seperti itu pastilah akan gagal.

Namun pada intinya setiap orang yang telah mengenal dirinya sendiri atau yang telah mengolah unsur dirinyalah yang akan menemukan kebahagian itu. Tentunya termasuk menjinakkan nafsu hewan dalam dirinya. Sedangkan kedewasaan hanya akan muncul apabila kita telah mampu menerima siapa diri kita.


 A.W
Referensi : Dr. Akong Tulku Rinpoche
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar