“Pikiran yang terkendali merupakan awal dari kebahagian dan kedamaian jiwa.”
Pikiran adalah akar dari semua pengalaman kita, baik yang menyangkut kita
dan juga orang lain. Jika kita memandang dunia dengan cara yang tidak jernih. Kebingungan
dan penderitaan pastilah akan muncul. Bagaikan seseorang yang pandangan matanya
telah rusak dalam memandang dunia ini dalam kondisi yang terbalik.
Kita mungkin tidak menyadari kebodohan dan pandangan
salah kita, sehingga bisa diibaratkan sebagai hewan liar yang berkeliaran dan
seenaknya. Atas dorongan nafsu keinginan, kebencian, dan kekacauan, pikiran
yang tidak terlatih ini secara membabi buta mengejar apa yang diinginkannya dan
menabrak semua yang berada di jalannya dengan sedikit sekali atau tanpa
pemahaman tentang sifat segala sesuatu.
Keliaran yang dapat menyebabkan diri gelisah itu tidaklah selalu berupa amarah dan emosi namun lebih bersifat fundamental. Hampir semua manusia memiliki kecenderungan untuk ditaklukkan oleh kebodohan, kebencian dan khayalan atau angan-angan yang memperbudak kita sehingga kita kebingungan dan penuh dengan emosi negatif.
Kita yang tidak waspada atau tidak menyadari bahwa
betapa liarnya keinginan kita ini. Namun ketika terjadi sesuatu yang tidak
beres kita lebih memilih untuk menyalahkan orang lain, keadaan dan terkadang
takdir atau bahkan Tuhan. Manusia lebih memilih menyalahkan dari pada
berintropeksi diri dan mencari penyebab apa yang membuatnya dalam penderitaan
itu.
Akan tetapi jika kita ingin menemukan kebahagian dan
kedamaian sejati, sifat liar dalam diri inilah yang harus digeluti dan
diperangi. Ingat, musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri. Kita harus
bisa hidup dengan energi positi/berpikiran positif dan seimbang, sehingga kita
bisa berhenti mengakibatkan bencana bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebelum kita bisa menjinakkan nafsu hewan tersebut
kita haruslah menemukan terlebih dahulu. Tidak ada tujuan yang mudah dicapai
tapi adanya kesukaran dan masalah-masalah yang membuat seseorang lebih dewasa.
Pelatihan pemikiran memanglah sukar bahkan menyakitkan pada awalnya, hal inilah
yang membuat banyak orang tidak suka berfikir, menyerah dan tidak mau ingin
tahu lagi serta menutup keinginan dari pengetahuan dan pengelaman. Tapi itulah
yang membedakan antara orang yang memiliki kesadaran spiritual dengan orang
yang tidak. Jika semua orang mau berfikir maka semua orang akan pandai dan
kepandaian itu tak ada nilainya lagi.
Kebaikan, dimanapun dilakukan akan membangkitkan
respon yang menyenangkan. Sedangkan kejahatan bagaimanapun bentuknya dan
dimanapun dilakukan akan membangkitkan amarah, kesedihan atau rasa sakit. Kebahagian dan kesedihan bila mana kita tinjau semua
itu adalah hasil dari pikiran kita sendiri. Dimanakah pikiran tersebut? Kita
hanyalah perlu mengkaji kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai seorang manusia, terdapat banyak sekali nafsu
keinginan dan keterikatan kita dalam kehidupan kita. Ketika nafsu keinginan
kita tidak terpenuhi, misalnya kita memiliki keinginan untuk mendapatkan
sesuatu pekerjaan tapi tak tercapai pasti ada rasa kecewa dan kegelisahan yang
mempengaruhi emosi kita begitu juga ketika kita kehilangan orang yang kita
cintai, pastilah kita akan merasa sedih. Perasaan-perasaan seperti inilah yang
menganggu kebahagiaan kita. Bahkan jika kita mendapatkan apa yang kita
inginkan, kita bahagia, tapi kebahagiaan itu hanyalah bersifat sementara karena
tidak terelakkan ketika kita telah mendapatkan keinginan kita maka akan timbul
keinginan-keinginan baru yang mengantikan keinginan sebelumnya. Karena
keinginan kita tidak terbatas, tidak berbentuk dan seluas-luasnya.
Dan kesalahan yang sering kita lakukan adalah ketika
kita berharap menemukan kebahagian di luar diri kita padahal bahagiaan itu
muncul dari dalam diri manusia itu sendiri. Hal yang salah jika berharap
menemukan kebahagian dari minuman keras, narkoba atau yang paling sering
dilakukan manusia adalah berharap dapat menemukan kebahagian dari pasangannya
(cinta). Ketika pasangan kita itu tidak seperti yang kita harapkan tentunya
pasti kita akan jatuh sakit dan sedih.
Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak
ingin bahagia, tapi tak jarang juga banyak yang salah untuk cara untuk
menemukan kebahagian itu. Hanya dengan pelatihan pikiran dan penajaman jiwa atau
hatilah yang dapat membawa seseorang menemukan kebahagian dan kebebasan sejati.
Gurdjieff mengilustrasikan tentang pelatihan pikiran dengan
seekor kuda dan pelatihnya. Kuda liar tidak akan menjadi terlatih dengan
dibiarkan bebas sendiri atau berharap kuda akan terlatih dengan dipasangi
cambuk ditubuhnya yang dikenakan secara terus menerus. Tindakan yang ektrim
seperti itu pastilah akan gagal.
Namun pada intinya setiap orang yang telah mengenal
dirinya sendiri atau yang telah mengolah unsur dirinyalah yang akan menemukan
kebahagian itu. Tentunya termasuk menjinakkan nafsu hewan dalam dirinya.
Sedangkan kedewasaan hanya akan muncul apabila kita telah mampu menerima siapa
diri kita.
A.W
Referensi : Dr. Akong Tulku Rinpoche