Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Selasa, 11 November 2014

Pengalaman Pelecehan Seksual Anak-anak Di Masa Kecilku (1999-2005)


Dulu sewaktu aku masih dibangku sekolah dasar, saat televisi didominasi serial tv Wiro Sableng, Tersanjung, Amigos, dan Mak Lampir. Saat itu orangtua mulai mengemari sinetron cinta, konflik rumah tangga, dan mulai membiar anak-anak ikut serta menonton. Anak-anak lulusan tk mulai mengenal kata cinta dan pacaran serta mulai memperhatikan keberadaan lawan jenisnya. 
Meskipun begitu, di masa itu sinetron tidak berkembang sederas ini, jangankan facebook, internet bahkan handphone saja jarang yang memiliki. Tapi di masa itu anak-anak seusiaku sudah tahu ciuman bahkan anak laki-laki sudah mulai merayu dan mendekati anak perempuan yang dia sukai. Awalnya memang hanya sebatas saling tunjuk si A pasanganya si B namun lama kelamaan anak laki-laki mulai berfikir cabul dengan rasa penasaran ‘ada apa di balik rok anak perempuan?’. Dan secara bergantian mereka mengintip dari kolong meja bahkan menyingkap rok anak perempuan.
Lalu kakak-kakak kelas mulai meraba pangkal paha dan dada teman-teman perempuannya, seolah mereka ingin membuktikan bentuk rupanya setelah melihat saudara, ibu, tentangga-tetangganya bertelanjang dada ketika menyusui anaknya.
Guru pun mulai berbicara kemesumannya di depan kelas, disela-sela pelajaran yang ia berikan, tentang ukuran dada si anak kelas lima dasar, atau dada dan pantat anak kelas enam. Otomatis anak laki-laki pun semakin berani bertingkah selayaknya Paparazi, mereka mulai menyebar berita bohong dan mengucapkan kata-kata cabul kepada teman sekelasnya. Seorang anak yang berusia 10 tahun dan mirip Giant di serial Doraemon dengan beraninya bercerita lantang tentang si N (10 tahun) yang
notabene adalah tetangga telah berhubungan intim dengan banyak orang, bahkan dengan rinci dia dapat menceritakan kronologi hubungan seksual antara temannya tersebut, misalnya bagaimana ekpresi pertama si N ketika melepas celananya dan merasa kegelian ketika bagian vitalnya di sentuh. Yang paling parah lagi si Giant mengatakan si N dibayar dengan segenggam kerupuk dan koin untuk melayani nafsu teman-temannya. Mendengar semua itu si N hanya dapat menanggis dan menanggis saja walaupun ia tak mengerti sepenuhnya pelecehan yang dia dapatkan.
Tapi kata-kata saja tak lebih buruk dari sebuah tindakan. Seperti yang sering terjadi pada teman-temanku, kebanyakan dari mereka mendapatkan sentuhan paksa, bahkan tak jarang beberapa anak laki-laki akan menyeret anak perempuan kemudian menindihnya sambil menyoraki bersama-sama. Jika selesai dengan acara bersenang-senang mereka anak perempuan hanya akan menanggis. Aku memang tak mengalami hal semacam itu namun beberapa kali anak laki-laki yang lebih tua dariku di depan umum membuka celananya di depanku. Sambil membuka celananya dia mengoyangkan kemaluannya sambil berkata ‘aku suka kamu…aku suka kamu…maukah kamu begituan denganku…’ tak jarang juga beberapa orang berkata cabul dan menanyakan ‘berapa hargamu? Ayo begitu (membuat isyarat dengan tangan) enak kok, temen kamu (menyebut nama cewek yang paling terkenal cantik dan baik di sekolah) mau aku bayar (menyebutkan beberapa ribu)’
Biasanya jika sudah seperti itu aku hanya melaporkannya kepada orangtuaku dan kakekku yang terkenal galak akan menghadang anak itu kalau lewat depan rumah dan mengancam serta memarahinya. Pernah sekali, ketika di mushola saat belajar mengaji si anak yang hobi menurunkan celananya mengoda dengan sangat keterlaluan-melepaskan celananya dan mengejar, karena takut langsung lari pulang dengan telanjang kaki dan meninggalkan semua barang termasuk kitab dan mukena. 
Tapi tak semua anak seberuntung anak-anak seusiaku, dibelahan lain, aku mengenal seorang teman yang dimasa kecilnya diperkosa oleh teman kakaknya sendiri padahal teman kakaknya baru berusia 13-an. Saat itu temanku sedang tidak diawasi orangtuanya, dia pergi ke kamar mandi bersama kakaknya dan temannya tersebut.
Anak-anak memanglah tidak mengetahui dampak apa yang dia kerjakan, rasa penasaranlah mendorong mereka untuk terus ingin tahu. Orangtua memiliki peran penting untuk selalu mendampingi anak-anaknya dan membantu mereka memberi pengertian sepenuhnya.
Semua kejadian itu dimasaku, masa yang belum sebebas saat ini. Kalau dulu saja seperti itu lalu bagaimana sekarang? Apakah orangtua masih percaya bahwa anaknya aman dari pelecehan seksual di zaman sekarang yang lebih ektrim lagi?
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar