Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Senin, 25 Agustus 2014

Fakta Menarik Seputar Peristiwa Rengasdengklok & Proklamasi

Kemerdekaan Bangsa Indonesia tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah di Rengasdengklok, Karawang. Meski kala itu, pihak Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia, namun tak begitu saja direspon oleh kelompok muda. Soekarno dan Muhammad Hatta yang dianggap representasi dari kelompok tua, akhirnya didesak untuk segera melakukan
Proklamasi. Kelompok muda berpendapat kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hadiah dari pihak penjajah. Akhirnya, melalui pembahasan di Rengasdengklok, Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia disepakati kelompok tua dan muda. Karena itu, Peristiwa pertemuan tanggal 16 Agustus 1945 tersebut menjadi sangat penting. Ada empat fakta menarik yang patut disimak dari perjalanan sejarah Proklamasi Bangsa Indonesia dari Rengasdengklok hingga Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

1. Bung Karno dan Bung Hatta Tidak Diculik :

Peristiwa Rengasdengklok diawali dengan kisah "Penculikan" Soekarno dan Muhammad Hatta (Bung Karno dan Bung Hatta). Pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30 WIB, sekelompok pemuda revolusioner membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Karawang. Di sana Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda merundingkan Proklamasi Kemerdekaan. Dalam penjelasannya, Sidik Kertapati jelas-jelas menggunakan istilah “pengamanan tokoh nasional”. Menurutnya, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa keluar kota agar mereka terhindar dari Jepang dalam membicarakan tugas mereka yang historis, yakni Proklamasi Kemerdekaan. Ketika Bung Karno dan rombongan tiba di Rengasdengklok, para pemuda PETA menyambut dengan pekik “Hidup Bung Karno!”, “Indonesia Sudah Merdeka!”, dan lain-lain. Artinya, kalau penculikan, tak mungkin ada penyambutan seperti itu.

2. Naskah Proklamasi Disusun di Rumah Warga Tionghoa :

Perundingan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia di Rengasdengklok dilakukan di sebuah rumah milik warga Tionghoa, bernama Djiaw Kei Siong. Di sinilah teks Proklamasi disusun. Bahkan, Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia. Djia Ki Siong adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa, ia merupakan pengagum Bung Karno. Pada masa perjuangan, ia merelakan rumahnya dijadikan markas Peta dengan daidanco Soerjopoetro. Kini bangunan sederhana milik Djia Ki Siong itu, terletak di RT 1 RW 9 Kampung Kalijaya Kelurahan Rengasdengklok Kabupaten Karawang. Djiaw meninggal dunia pada 1964 dan namanya praktis hampir tidak dikenal ataupun tercatat dalam sejarah. Mayjen Ibrahim Adjie pada saat masih menjabat sebagai Pangdam Siliwangi, pernah memberikan penghargaan kepada Djiaw dalam bentuk selembar piagam nomor 08/TP/DS/tahun 1961.

3. Naskah Proklamasi Diketik Pakai Mesin Ketik Pinjaman :

Setibanya di Jakarta, Naskah Proklasi tersebut masih berbentuk tulisan tangan. Lantas naskah tulisan tangan tersebut diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Naskah hasil ketikan Sayuti Melik inilah yang kemudian dikumandangkan oleh Bung Karno didampingi Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB.

4. Proklamasi Semula Akan Dibacakan di Monas :

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA (Sekarang lapangan Monas). Namun di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga. Untuk menghindari kericuhan saat pembacaan Proklamasi, maka dipilih rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56.


https://www.facebook.com/rajaningbudaya.mataram?fref=nf
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar