Matahari bersinar dengan hangat, seorang Pak tani tua
dengan semangatnya bergegas ke ladangnya untuk melihat tanaman wortel miliknya
yang mulai tumbuh. Terlihat tunas-tunas daun diantara tanah merah.
Pak tani yang gembira merawat tanaman wortelnya dengan
kasih dan selalu memenuhi kebutuhan air dan pupuk bagi wartel-wortelnya. Dan
waktupun semakin berlalu, tunas-tunas wortel tumbuh subur dan semakin membesar.
Diantara tanaman wortel yang subuh itu ada satu buah
wortel yang lebih besar dan lebih subur dari wortel-wortel yang lain, karena
dia sering mengambil jatah air d
an pupuk tanaman wortel yang lain. Wortel-wortel sudah bosan dengan sikap si wortel besar itu, namun mereka tidak bisa apa-apa.
an pupuk tanaman wortel yang lain. Wortel-wortel sudah bosan dengan sikap si wortel besar itu, namun mereka tidak bisa apa-apa.
“Hai kalian para wortel jelek dan kurus, lihat aku,
lihat hijaunya daunku, segarnya tangkaiku dan orangenya batangku. Lihat aku,
lekas panenlah aku.” Katanya sambil membual seperti biasa. Para tanaman wortel
yang berada di ladang dengan wortel besar itu dan tanaman sayur-sayuran
disekitarnya menebalkan telinga akan bualan si wortel.
Pada suatu hari di awal bulan November, Pak tani
membawa beberapa karung pupuk ke ladang. Dia akan memberi pupuk kepada
wortel-wortel kesayanganya. Setelah kepergian Pak tani, seperti kebiasaannya si
wortel besar itu mengambil jatah beberapa air dan pupuk wortel-wortel yang
lain.
“Sang Raja wortel memang seharusnya mendapat jatah
paling banyak.” Katanya kepada sebuah wortel kecil yang berusaha menghalangi si
wortel besar.
Maka hari itu Wortel besar kekenyangan setelah mendapatkan
air dan pupuk paling banyak. Namun secara tidak disangka tiba-tiba hujan turun
dengan derasnya, airpun membanjiri seluruh ladang. Semuanya bersorak-sorak
gembira menyambut hujan.
Tetapi beberapa hari menjelang panen ketika Pak tani
memeriksa keadaan wortel-wortelnya. Si wortel besar lagi-lagi mengolok-olok
teman-temanya ketika Pak tani mencabutnya dari tanah. Namun alangkah
terkejutnya si wortel saat Pak tani membuangnya karena ternyata si wortel besar
busuk akibat kebanyakan air dan pupuk.
Kini dengan menganggis tesedu-sedu ia melihat
teman-temannya dipanen dan dimasukan kekeranjang oleh Pak tani. Akhirnya si
wortel menyesali perbuatannya yang rakus dan egois. Andai dia tidak egois dan
merampas air dan pupuk milik teman-temanya pasti ia tidak akan berakhir di
tempat pembuangan seperti ini.
000
*Cerpen tertanda Januari 2013