Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Minggu, 11 Mei 2014

Dongeng Anak-anak; Penyesalan Si Wortel


Matahari bersinar dengan hangat, seorang Pak tani tua dengan semangatnya bergegas ke ladangnya untuk melihat tanaman wortel miliknya yang mulai tumbuh. Terlihat tunas-tunas daun diantara tanah merah.
Pak tani yang gembira merawat tanaman wortelnya dengan kasih dan selalu memenuhi kebutuhan air dan pupuk bagi wartel-wortelnya. Dan waktupun semakin berlalu, tunas-tunas wortel tumbuh subur dan semakin membesar.
Diantara tanaman wortel yang subuh itu ada satu buah wortel yang lebih besar dan lebih subur dari wortel-wortel yang lain, karena dia sering mengambil jatah air d
an pupuk tanaman wortel yang lain. Wortel-wortel sudah bosan dengan sikap si wortel besar itu, namun mereka tidak bisa apa-apa.
“Hai kalian para wortel jelek dan kurus, lihat aku, lihat hijaunya daunku, segarnya tangkaiku dan orangenya batangku. Lihat aku, lekas panenlah aku.” Katanya sambil membual seperti biasa. Para tanaman wortel yang berada di ladang dengan wortel besar itu dan tanaman sayur-sayuran disekitarnya menebalkan telinga akan bualan si wortel.
Pada suatu hari di awal bulan November, Pak tani membawa beberapa karung pupuk ke ladang. Dia akan memberi pupuk kepada wortel-wortel kesayanganya. Setelah kepergian Pak tani, seperti kebiasaannya si wortel besar itu mengambil jatah beberapa air dan pupuk wortel-wortel yang lain.
“Sang Raja wortel memang seharusnya mendapat jatah paling banyak.” Katanya kepada sebuah wortel kecil yang berusaha menghalangi si wortel besar.
Maka hari itu Wortel besar kekenyangan setelah mendapatkan air dan pupuk paling banyak. Namun secara tidak disangka tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, airpun membanjiri seluruh ladang. Semuanya bersorak-sorak gembira menyambut hujan.
Tetapi beberapa hari menjelang panen ketika Pak tani memeriksa keadaan wortel-wortelnya. Si wortel besar lagi-lagi mengolok-olok teman-temanya ketika Pak tani mencabutnya dari tanah. Namun alangkah terkejutnya si wortel saat Pak tani membuangnya karena ternyata si wortel besar busuk akibat kebanyakan air dan pupuk.
Kini dengan menganggis tesedu-sedu ia melihat teman-temannya dipanen dan dimasukan kekeranjang oleh Pak tani. Akhirnya si wortel menyesali perbuatannya yang rakus dan egois. Andai dia tidak egois dan merampas air dan pupuk milik teman-temanya pasti ia tidak akan berakhir di tempat pembuangan seperti ini.

000

*Cerpen tertanda Januari 2013
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar