Assalamu'alaikum. Arin H. Widhi

Minggu, 11 Mei 2014

Petunjuk Ibu Tentang Kehidupan


Sore, di beranda rumah seperti biasa. Dengan segelas wedang jahe, ubi rebus dan suara tawamu yang membumbung tinggi dan membuatnya terukir rapi dalam benakku. Memetakan senyummu yang selalu menghangatkanku bahkan ditahun-tahun kedepan-saat jauh dari keberadaanmu senyummu masih saja menemaniku.

Bukan sekali atau dua kali gerakmu ada dalam cetakan kenanganku, tapi setiap peluh yang kau beri untuk menghidupi dan mendidikku dalam waktu yang bersamaanlah yang terpatri erat dalam langkahku.
Bukan sekedar picnik bersama, atau makan kacang di pinggir empang, bukan pula saat karnaval atau saat jemarimu membelaiku yang terserang demam bahkan bukan sekedar saat kau menerobos hujan dengan payung kecil yang seolah akan membuatmu terbawa angin, ketika kau menjemputku di sekolah tapi aku malah meninggalkanmu dan berlari bermain hujan dengan kawan-kawanku.
Ibu, bukan sekedar itu kenanganku akan kehadiranmu. Engkau yang telah mencintaiku bahkan sebelum aku ada, engkau yang memanggilku dengan cinta ketika pertama kali aku bernafas dan engkau yang melindungiku sejak denyut jantungku pertama kali berdetak.
Ibu, aromamu, senyummu, pelukmu, dan kasihmu adalah bagian dari hidupku. Aku mengingat penuh saat kau mengajariku kehidupan, mengeja langit dan memberitahu tiap huruf dan angka-moment-moment berhargaku denganmu- yang hingga kini masih kugunakan untuk menjalani hidup, ajaranmu ibu.
Itulah yang selalu membawaku pulang, mudik bersama rindu yang tak tertahankan. Memandangmu dan mengingat betapa kau telah mengisi hari-hariku dengan tak terhingga.
Sore, di beranda rumah seperti biasa, segelas wedang jahe racikanmu, sepiring ubi rebus yang legit dan suara nasehat-nasehatmu.
000





*Cerpen tertanda tanggal 15-01-2014


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar