"Hhhuffh."
wanita bersyal itu menghembuskan nafas panjang sebelum menekan bel pintu di
salah satu rumah mewah di daerah Whitechapel. Daerah yang hampir tiga bulan ini
dihantui oleh teror mencekam seorang pembunuh berdarah dingin. Bahkan jalanan
yang ramai dan megah itu ketika menyentuh malam akan menjadi senyap dan
menakutkan siapa saja.
"Nona Mary,
silakan masuk!" seseorang pria membuka pintu dan mempersilahkan Mary
dengan sopan. "Tuan muda Cross akan segera turun. saya akan memanggilkan.
Anda silakan menunggu."
"Baik
Abr." Mary tetap berdiri ditempatnya.
"Hai
Mary." Cross calon tunangan Mary yang kaya dan tampanturun dari tangga,
tapi bukan itu yang membuat Mary mencintai Mr.Cross, lebih tepatnya karena Pria
itulah yang menyelamatkan nyawa Mary dari pembunuh berantai yang berkeliaran di
Whitechapel,
East London, UK beberapa bulan yang lalu.
"Apa aku
menganggumu Gideon?"
"Tentu tidak
Mary."
"Antarkan aku
beli gaun untuk bertemu dengan orang tuamu nanti."
"Ya tentu saja
Mary sayang." Gideon mengiyakan.
000
Malam itu mereka
berjalan berdampingan selepas membeli gaun Mary.
Tiba-tiba Gideon
tersadar. "Mary kita kemalaman." Gideon merasa ketakutan. Lututnya
gemetar dan ia panik namun hal itu tidak terjadi pada Mary. Dia tenang -tenang saja.
“Kau tidak takut Mary?”
"Tentu tidak Gideon,
bagaimana mungkin aku takut. Ada kau disisiku." Katanya.
"Mary aku..."
dia tidak melanjutkan kata-katanya tapi langsung menyeret Mary dengan kasar.
“Ada apa Gideon?”
Gideon tidak menghiraukan Mary, dia terus saja menyeret wanita muda itu.
Tak jauh dari rumah
Mary berdirilah sebuah katerdal tua yang tak terpakai lagi dengan lorong gelap
yang panjang dan dibuka untuk jalanan umum. Waktu siang memang ramai namun
malam begini sepi tanpa suara.
"Kita harus cepat
sampai dirumah Mar." Kata Gideon ketika Mary hendak memberontak.
BRRRRRuuukkkkk
Sebongkah balok
kayu tiba-tiba menghantam tubuh Gideon, membuat pria itu mengerang dan memaki
diiringi pekikan keterkejutan Mary. Sesosok gelap muncul itu dari keremangan.
Hantaman balok
masih terus mendera tubuh Gideon berulang kali, membuat laki-laki itu kini kian
tak berdaya.
"Cross..."
samar-samar ia melihat Gideon dipukuli. "Crooosss..." Gideon tidak
bergerak lagi.
Seketika melihat
calon tunangannya tergeletak Mary berlari menyelamatkan diri. Namun sosok gelap
itu mengejarnya dan berhasil membekuknya.
"Akan
kulakukan dengan cepat sebelum ada yang datang menganggu kesenangan kita,
korban ke 25ku.....Kau tidak akan bisa lolos lagi hahahhahha…"
Sebelum orang itu
bisa menyentuh Mary seseorang telah menghantam sosok gelap itu hingga tersungkur.
Pria asing yang secara muncul tiba-tiba itu dengan heroiknya menjatuhkan sosok
gelap hingga ia tak bisa bangun lagi.
"Siapa
kau?" Tanya Mary.
"Tunggu
disini, akan kuhancurkan dia untukmu." Pria itu bergegas berdiri, dengan
garang menatap sosok yang kini siap berkelahi lagi dengannya.
Mereka terlibat
perkelahian sengit. Hingga pada titik klimaknya pria itu mencengkram sang sosok
gelap, mengangkatnya kemudian memutarnya. Dan kemudian pria itu melemparkan
sosok gelap itu ketanah.
Perlahan-lahan
seperti bara api muncul dari tubuh sosok gelap itu dan selanjutnya ia menguap
bagai asap.
Tak lama kemudian orang-orang
datang. Mereka histeris ketika melihat sosok hitam itu menjadi abu tak
tersentuh.
"Siapa
kau?" tanya Mary ketika dalam bopongannya. Selangkah demi selangkah pria
itu membawa Mary melintas kerumunan yang saling bertanya-tanya.
"Kau terluka
parah. kita obati dulu."
"Siapa
kau?" Tanya Mary dengan kesal.
Matanya berbinar
ketika memandang Mary. "Akulah yang waktu malam itu menyelamatkanmu. Aku,
bukan dia." Pandangannya mengisyaratkan pada pria terluka yang sedang
meregang nyawa.
"Kau..”
000
*Cerpen tahun 2013.