Siang itu, tiga
Polisi dengan mobil bersirenenya berhenti disebuah rumah duka. Duka atas
meninggalnya anak perempuan ketiga dari rumah itu. Yang ditemukan oleh warga
mengapung busuk disebuah danau dengan celana yang melorot sampai lutut.
Sebelum meninggalnya
gadis itu, beberapa orang melihat
sang gadis sedang bertemu dengan teman laki-lakinya. Dan menurut kabar lagi laki-laki itu kini juga raib entah kemana.
sang gadis sedang bertemu dengan teman laki-lakinya. Dan menurut kabar lagi laki-laki itu kini juga raib entah kemana.
Ibunya yang baru
pulang dari Malaysia masih berduka dengan mata sembab. Ibu itu mempersilakan
polisi masuk. Ini kunjungan kepolisian yang kedua kerumah mereka. Polisi-polisi
itu masih menyelidiki kematian putrinya dan mungkin mereka kembali kesini untuk
investigasi.
Polisi bertubuh
paling besar mengabarkan. “Kami telah menemukan pelakunya” Rupanya mereka
bertiga datang bukan untuk memberi kabar melainkan memberitahu tentang
pelakunya.
“Siapa yang membunuh
Ayu?” Tanya si ibu dengan tidak sabar.
“Siapa lagi Bu kalau
bukan Antoni. Setelah membunuh Ayu dia bunuh diri.” Si bapak menyahut.
“Antoni semalam telah
ditemukan gantung diri. Tapi kami belum menyebarkan kemanapun informasi itu”
Kata seorang polisi.
Seketika semua disana
membeku.
“Dan kami datang
kesini untuk menangkap anda, Pak Bunya. Atas tuduhan pembunuhan terhadap
Antoni, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Ayu.”
“B…bagaimana
mungkin?” Pak Bunya tersentak. “Tidak mungkin aku membunuh apalagi memperkosa
anakku sendiri” Belanya. “Anda harus ikut kami!”
“Tidak!”
Ibu Ayu menanggis
semakin histeris.
“Pak Bunya kami
menemukan janin dalam perut Ayu yang disinyalir sebagai anak anda”
“Tidak! Itu tidak
mungkin. Itu anak Antoni.”
“Kami telah melakukan
tes DNA antara janin itu dengan Antoni dan hasilnya negative.” Mereka meringkus
pria itu.
000
*Cerpen tertanda januari 2014