Hampir setengah jam, tanpa alas kaki
utuh aku berdiri diantara kebulan bau manusia yang bercampur menjadi satu-kesatuan
yang hampir menonjok indra pembauan.
Dibawah terik panas ini, kuintip matahari yang seakan dipanggil dari padang mahsyar
dengan secepat kilat ia menyenggat mataku yang berair perih duka.
“Sesungguhnya
aku telah memberikan padamu ni’mat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena
tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS:Al Kautsar)
Kalimat yang kudengar waktu dibangku sekolah
dasar. Kalimat yang kini memenjarakanku dalam gejolak yang tak tertahan dan aku
hampir tersungkur dalam lembah nista, penyesalan terhadap keterjebakkanku dalam
situasi hidup yang serba kurang.
‘Aku selalu ingin berqurban seperti
hambamu yang lain.’ Berkali-kali aku menjerit dalam malam panjang penantian.
Dari doa lembut sampai kasar pernah terucap.
Sempat aku berfikir, ‘apa Tuhan mendengar do’aku menuju ibadahNYa?’
Aku hampir putus asa, bukan, bukan, aku memang telah putus asa dan mungkin
telah berputus dari rahmatNYa.
Antrian masih panjang, kuremas erat
kertas kuning berlebel nomer antrian pengambilan hewan qurban, pemberian
setumpuk orang yang diberi kesempatan.
Tuhan apa KAU mendengarku?
000
Dan semuanya kembali berjalan
sebagaimana mestinya, langit masih diatas dan bumi masih terpijak. Dan aku
masih bergelut dengan keinginanku, keinginan yang sepertinya menjadi obsesi
tanpa kusadari.
Dibawah cahaya rembulan yang memecah
pekat gelap malam diantara guyuran air yang
mengalir diatas pori-pori. waktu berthaharah yang menjernihkan kepala
tiba-tiba, melapangkannya dan menurunkan cahaya hikmah yang dapat kuterima
seutuhnya.
Kuputar ulang semua peristiwa. Ketak
berdayaanku, ketidak kuasaanku, dan yang terjadi padaku tak mungkin tanpa
campur tangan Tuhan. Bukan Tuhan tak mendengar pintaku, DIA hanya menyimpannya
sampai aku dapat menemukan mutiara-mutiara hikmahnya. DIA mengajarkanku
kesabaran dan peribadahan yang bukan berdasarkan obsesi yang tentu saja
termasuk keinginan diri secara egois semata atau lebih tepatnya hanya ingin
dipandang seperti orang-orang yang lain, yang dilihat orang telah berqurban.
Tapi murni lillahi ta’ala.
‘Allah tidak pernah memaksa, DIA
menerima ibadah sesuai kemampuan makhlukNYA. ‘ Janjiku pada diri. ‘Dan betapa
indahnya makna ibadah ini, suatu hari kan kutunaikan dengan penuh kemurnian
diri.’
000
*Cerpen kira-kira aku tulis selepas idul adha tahun 2013 kemarin. Tulisan ini berbentuk Flash Story.